Drs. Sudarmadji, M.Si
Yang menjadi pangkal sejarah kemanusiaan ialah pendapat tentang manusia pertama. Dalam menjelaskan hal tersebut tergantung dari cara pendekatan yang dipakainya.Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain :
a. Pendekatan Secara Religi
Pendekatan religi menyimpulkan bahwa adam dan hawa adalah sepasang manusia pertama yang menurunkan seluruh umat manusia.
b. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah dari antropologi fisik sebagai bagaian biologi dikatakan bahwa manusia berkembang menurut proses evolusi dari suatu mahluk yang bermartabat rendah samapi mencapai bentuknya yang sekarang. Namun sampai sekarang ilmu pengetahuan modern belum mampu memberikan keterangan yang memuaskan dan mutlak, kecuali suatu jawaban yang masih hipotesis.
Namun bagaimanapun juga, mahluk Tuhan yang disebut manusia telah berkembang biak memenuhi bumi di sepanjang masa ratusan ribu tahun, berkelompok-kelompok menjadi ras-ras dan kemudian bangsa-bangsa menurut keadaan tempat tinggalnya dan sejarah perkembangan yang dialaminya. Salah satu bangsa-bangsa itu adalah Bangsa Indonesia di Bumi Indonesia.
Kata Indonesia sebagai nama bagi tanah air kita diberikan oleh orang Inggris yang bernama James Richardsin Logan yang dalam journal of the Indian Archipelago and eastern Asia terbitan tahun 1850 menulis sbb:"..... I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for Indonesia Island of the Indian Archipelago." saya memilih istilah geografis murni Indonesia yang pada hakikatnya merupakan sinonim singkat bagi pulau-pulau Indonesia atau kepulauan India.
Nama Indonesia selanjutnya dalam menyebut tanah air kita digunakan oleh :
a. Pendekatan Secara Religi
Pendekatan religi menyimpulkan bahwa adam dan hawa adalah sepasang manusia pertama yang menurunkan seluruh umat manusia.
b. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah dari antropologi fisik sebagai bagaian biologi dikatakan bahwa manusia berkembang menurut proses evolusi dari suatu mahluk yang bermartabat rendah samapi mencapai bentuknya yang sekarang. Namun sampai sekarang ilmu pengetahuan modern belum mampu memberikan keterangan yang memuaskan dan mutlak, kecuali suatu jawaban yang masih hipotesis.
Namun bagaimanapun juga, mahluk Tuhan yang disebut manusia telah berkembang biak memenuhi bumi di sepanjang masa ratusan ribu tahun, berkelompok-kelompok menjadi ras-ras dan kemudian bangsa-bangsa menurut keadaan tempat tinggalnya dan sejarah perkembangan yang dialaminya. Salah satu bangsa-bangsa itu adalah Bangsa Indonesia di Bumi Indonesia.
Kata Indonesia sebagai nama bagi tanah air kita diberikan oleh orang Inggris yang bernama James Richardsin Logan yang dalam journal of the Indian Archipelago and eastern Asia terbitan tahun 1850 menulis sbb:"..... I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for Indonesia Island of the Indian Archipelago." saya memilih istilah geografis murni Indonesia yang pada hakikatnya merupakan sinonim singkat bagi pulau-pulau Indonesia atau kepulauan India.
Nama Indonesia selanjutnya dalam menyebut tanah air kita digunakan oleh :
- "Maxwell" th. 1862 dalam bukunya yang berjudul " The Island of Indonesia"
- Adolf Bastian thn. 1889, ahli etnologi dari bangsa Jerman, dalam bukunya "Indonesian order die insel des malayischen Archipels"
- Thn. 1922. digunakan dalam Indonesische Veriniging ( perhimpunan Indonesia)
- Th 1924 dipakai dalam majalah, yaitu Indonesia Merdeka
- Th. 1927 dipakai nama partai PNI
- Th. 1928 dipakai dalam sumpah pemuda
- Th. 1945 ( sejak proklamasi kemerdekaan ) digunakan dengan diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kita bangsa Indonesia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, percaya bahwa tidak ada kejadian di dunia ini yang terlaksana di luar kehendak Tuhan,. tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Jika kita dilahirkan sebagai bangsa Indonesia di atas bumi Indonesia, ini adalah kehendak Tuhan agar kita menjunjung tinggi kewajiban kita terhadap tanah air dan bangsa kita.
A. Tumbuhnya Bangsa dan kebudayaan indonesia
Tanah air kita berupa rangkaian kepulauan tropis yang terletak strategis antara dua benua ( Asian dan australia ) dan dua samudra ( Indonesia dan fasifik ). baik keindahan alamnya sepanjang masa merupakan daya tarik bagi setiap kelompok manusia yang mengembara mencari tempat tinggal untuk kaumnya. dari daratan benua asia berbagai bangsa ( antara lain Proto dan deutro melayu ).
Tanah air kita berupa rangkaian kepulauan tropis yang terletak strategis antara dua benua ( Asian dan australia ) dan dua samudra ( Indonesia dan fasifik ). baik keindahan alamnya sepanjang masa merupakan daya tarik bagi setiap kelompok manusia yang mengembara mencari tempat tinggal untuk kaumnya. dari daratan benua asia berbagai bangsa ( antara lain Proto dan deutro melayu ).
Memasuki kepulauan Indonesia dan bercampur darah dengan penduduk tertua ( negrito) untuk kemudian meluluh menjadi satu bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, Memang sesanti kita tidak hanya berasal dari kitab " Sutasoma" karangan Mpu Tantular saja, tetapi berurat akar pada pangkal terjadinya bangsa Indonesia.
Tentang sejarah bangsa Indonesia yang paling tua, sumber keterangan yang sampai sekarang ada serta cukup jelas baru mulai pada sekitar 3000 tahun sebelum masehi.
Pada masa sekitar tahun 3000 SM tersebut berkembanglah di daerah ini suatu tingkat kebudayaan neolitikum, yaitu kebudayaan dengan pertanian sebagai unsur yang penting.Di dalam masyarakat serupa itu hubungan seorang maupun orang sebagai kolektivitas dengan lingkungan hidup sekelilingnya sangat erat. Maka dalam keadaan seperti itu timbul pengaruh timbal-balik antara menusia dan lingkunganya.
Lingkungan alam, selain menyediakan keperluan bagi kelangsungan hidupnya, sebaliknya dalam batas-batas tertentu membatasi ruang gerak serta kegiatan manusia. Disamping itu, alam pun ikut menentukan serta memberi ciri khas yang terhadap cara hidup maupun corak kebudayaannya. Dengan demikian maka timbul suatu kesadaran akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki bangsa kita dalam menghadapi tantangan alam. Melahirkan suatu kesadaran akan kekuasaan yang berada di atas alam dan manusia sendiri, sehingga gambaran kan ke-Maha Kuasa-an tumbuh dan berkembang sebagai kesadaran religius di dalam bentuknya yang sederhana, dinamisme, pemujaan leluhur, yang akhirnya sampai pada pemujaan dewa tertinggi. Sikap hidup religius memang suatu yang inhaerent (tidak dapat diceraikan) dalam jiwa Bangsa Indonesia.
Dapat pula dipahami, bahwa dalam tarap kebudayaan neolithicum ini, desa sebagai kesatuan teretorial didiami oleh kelompok orang-orang yang seketurunan, sehingga memungkinkan ikatan kekeluargaan atas dasar persamaan tempat tinggal dan keturunan. Dengan cara demikian itulah, suatu kesatuan teretorial dan consanguin (ikatan keluarga sendiri) ini berkembang menjadi ikatan yang lebih besar dan akhirnya tumbuhlah dari lingkungan hidup seperti itu semangat kebangsaan di kemudian hari, seperti termaktub dalam sila ke-3 Pancasila, yaitu " Persatuan Indonesia".
Ikatan hidup yang makin besar itu, sudah barang tentu memerlukan pimpinan yang bertugas memelihara ketertiban hidup bersama. Orang yang memangku jabatan demikian dipilih di antara mereka yang paling bijaksana, dan segala hal yang menyangkut kepentingan umumbiasanya diselesaikan melalui musyawarah. Dalam keadaan inilah di mana pengkhususan lapangan kehidupan yang meliputi tugas-tugas tertentu belum berkembang. Dapatlah dimaklumi apabila pelaksanaan sesuatu itu atas tanggungjawab bersama pula. Di sinilah nampak jiwa sila ke-4 Pancasila dalam bentuk sederhana.
Suatu ciri kehidupan neolithicum yang penting ialah manusia telah berhasil membebaskan diri dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya dari menggantungkan diri pada alam sekelilingnya. Kecakapan bercocok tanam yang menyertai zaman itu memberi kemungkinan penimbunan persediaan makanan dan penyediaan bahan-bahan keperluan yang lain. Pertanian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri, tetapi membutuhkan kerjasama secara gotong-royong yang kemudian yang kemudian dalam sejarah menjelma menjadi sifat Bangsa Indonesia. Langkah kemajuan yang dicapai dalam tingkat peradaban neolithicum ini berarti mulai timbulnya usaha kesejahteraan yang tertua dalam sejarah manusia. Serempak dengan kemajuan yang dicapai Bangsa Indonesia pada babakan pra sejarah ini, suatu hal yang tak dapat dihindarkan ialah timbulnya hubungan dengan bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara, India dan Cina.
Akibat yang timbul dari hubungan ini terutama nampak dalam lapangan kebudayaan yang ciri-cirinya terlihat pada kecakapan menuang logam (metalurgi). Dalam periode itu, di Indonesia berkembang kebudayaan perunggu dan besi yang memberi corak istimewa zaman tersebut, sehingga masa itu dikenal sebagai Abad Perunggu-Besi, bahkan oleh sarjana-sarjana Perancis yang terkenal, L.Finot dan G. Coedes, disebut sebagai Kebudayaan Indonesia. Dari zaman itu dikenal benda-benda yang banyak berhubungan dengan upacara keagamaan serta memberi kesan kuat adanya hubungan niaga dengan wilayah Asia Tenggara.
Pada saat itu pula berkembanglah suatu unsur kebudayaan yang berpusat kepada adanya bangunan-bangunan batu besar (megalithicum) yang bersangkut-paut dengan pemujaan roh-roh nenek moyang serta konsepsi tentang dunia akhirat. Tradisi kebudayaan megalithik itulah yang kelak terus hidup bertahan dalam periode sejarah di beberapa daerah yang agak terpencil dalam hubungan lalu-lintas.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat ditarik keimpulan bahwa dalam periode pra sejarah penduduk di Kepulauan Indonesia telah memiliki tingkat kebudayaan atau peradaban yang cukup tinggi. Mereka telah mengenal pertanian, pengairan, perbintangan, sistem pemerintahan, hukum adat, upacara keagamaan, musik gamelan, wayang, pengecoran logam dan lain-lain. Unsur kebudayaan itu merupakan landasan yang kuat sehingga dalam perkembangan sejarah selanjutnya, ketika pengaruh kebudayaan hindu, Islam dan barat masuk ke Indonesia, unsusr-unsur Indonesia asli tersebut masih tetap memberikan corak khas terhadap peri kehidupan Bangsa Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ajaran Pancasila yang menjadi dasar filsafat negara telah berakar dalam masa pra sejarah Indonesia, suatu periode pada saat bangsa dan dasar kebudayaan atau peradaban Indonesia mulai tumbuh.
Dapat pula dipahami, bahwa dalam tarap kebudayaan neolithicum ini, desa sebagai kesatuan teretorial didiami oleh kelompok orang-orang yang seketurunan, sehingga memungkinkan ikatan kekeluargaan atas dasar persamaan tempat tinggal dan keturunan. Dengan cara demikian itulah, suatu kesatuan teretorial dan consanguin (ikatan keluarga sendiri) ini berkembang menjadi ikatan yang lebih besar dan akhirnya tumbuhlah dari lingkungan hidup seperti itu semangat kebangsaan di kemudian hari, seperti termaktub dalam sila ke-3 Pancasila, yaitu " Persatuan Indonesia".
Ikatan hidup yang makin besar itu, sudah barang tentu memerlukan pimpinan yang bertugas memelihara ketertiban hidup bersama. Orang yang memangku jabatan demikian dipilih di antara mereka yang paling bijaksana, dan segala hal yang menyangkut kepentingan umumbiasanya diselesaikan melalui musyawarah. Dalam keadaan inilah di mana pengkhususan lapangan kehidupan yang meliputi tugas-tugas tertentu belum berkembang. Dapatlah dimaklumi apabila pelaksanaan sesuatu itu atas tanggungjawab bersama pula. Di sinilah nampak jiwa sila ke-4 Pancasila dalam bentuk sederhana.
Suatu ciri kehidupan neolithicum yang penting ialah manusia telah berhasil membebaskan diri dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya dari menggantungkan diri pada alam sekelilingnya. Kecakapan bercocok tanam yang menyertai zaman itu memberi kemungkinan penimbunan persediaan makanan dan penyediaan bahan-bahan keperluan yang lain. Pertanian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri, tetapi membutuhkan kerjasama secara gotong-royong yang kemudian yang kemudian dalam sejarah menjelma menjadi sifat Bangsa Indonesia. Langkah kemajuan yang dicapai dalam tingkat peradaban neolithicum ini berarti mulai timbulnya usaha kesejahteraan yang tertua dalam sejarah manusia. Serempak dengan kemajuan yang dicapai Bangsa Indonesia pada babakan pra sejarah ini, suatu hal yang tak dapat dihindarkan ialah timbulnya hubungan dengan bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara, India dan Cina.
Akibat yang timbul dari hubungan ini terutama nampak dalam lapangan kebudayaan yang ciri-cirinya terlihat pada kecakapan menuang logam (metalurgi). Dalam periode itu, di Indonesia berkembang kebudayaan perunggu dan besi yang memberi corak istimewa zaman tersebut, sehingga masa itu dikenal sebagai Abad Perunggu-Besi, bahkan oleh sarjana-sarjana Perancis yang terkenal, L.Finot dan G. Coedes, disebut sebagai Kebudayaan Indonesia. Dari zaman itu dikenal benda-benda yang banyak berhubungan dengan upacara keagamaan serta memberi kesan kuat adanya hubungan niaga dengan wilayah Asia Tenggara.
Pada saat itu pula berkembanglah suatu unsur kebudayaan yang berpusat kepada adanya bangunan-bangunan batu besar (megalithicum) yang bersangkut-paut dengan pemujaan roh-roh nenek moyang serta konsepsi tentang dunia akhirat. Tradisi kebudayaan megalithik itulah yang kelak terus hidup bertahan dalam periode sejarah di beberapa daerah yang agak terpencil dalam hubungan lalu-lintas.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat ditarik keimpulan bahwa dalam periode pra sejarah penduduk di Kepulauan Indonesia telah memiliki tingkat kebudayaan atau peradaban yang cukup tinggi. Mereka telah mengenal pertanian, pengairan, perbintangan, sistem pemerintahan, hukum adat, upacara keagamaan, musik gamelan, wayang, pengecoran logam dan lain-lain. Unsur kebudayaan itu merupakan landasan yang kuat sehingga dalam perkembangan sejarah selanjutnya, ketika pengaruh kebudayaan hindu, Islam dan barat masuk ke Indonesia, unsusr-unsur Indonesia asli tersebut masih tetap memberikan corak khas terhadap peri kehidupan Bangsa Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ajaran Pancasila yang menjadi dasar filsafat negara telah berakar dalam masa pra sejarah Indonesia, suatu periode pada saat bangsa dan dasar kebudayaan atau peradaban Indonesia mulai tumbuh.
Hello my friend. . .supporting you here. . .nice blog!
BalasHapusLiterasura
hello... thank for supported, same time iam visited in your blog too.
BalasHapus